MAKALAH FISIKA " ALAT UKUR"
MAKALAH
FISIKA
TENTANG
“ALAT UKUR”
Disusun
Oleh : Kelompok I
-
Nano
Komara
-
Siti
Rahma A.
-
Andika
Pratama
-
Andriyana
Hidayat
-
Lela
Nuryani
SMK
NEGERI 1 MAJA
2013/2014
Kata
Pengantar
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul ”Alat Pengukuran” ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, serta
ilmu pengetahuaan yang penulis miliki.
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bemanfaat khususnya
bagi penulis, umumnya bagi siapa saja yang membacanya.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Maja,
7
Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. JANGKA SORONG...................................................................................
B. NERACA OHAUS.....................................................................................
C. AVOMETER.............................................................................................
D. MIKROMETER SKRUP..............................................................................
E. GELAS UKUR...........................................................................................
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen, dimana
eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya pengamatan,
pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam melakukan
eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam pengukuran
yang disebut alat ukur.
Banyak
sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional maupun
yang sudah menjadi produk teknologi modern. Salah satu contohnya adalah alat
ukur besaran massa seperti neraca, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan
gelas ukur.
Sebelum
memakai neraca, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur didalam
suatu eksperimen, hal pertama yang harus dipahami dalam suatu praktikum adalah
prinsip kerja serta fungsi dari komponen-komponen yang terdapat pada neraca,
mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur tersebut agar diperoleh data
yang benar. Selain itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat di dalam
suatu eksperimen diperlukan juga pengukuran dan penulisan hasil pengukuran
dalam satuan yang benar serta keselamatan kerja dalam pengukuran menjadi poin
yang patut diperhitungkan sehingga berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi
di dalam melakukan eksperimen tidak perlu terjadi.
Oleh
sebab itu, Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum apabila mereka
memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur,
menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan
kalibrasi alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai pengetahuan
mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat,
komponen-komponen, dan prinsip kerja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara dan prinsip kerja neraca?
Apa itu neraca ohaus,
mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur?
Apa fungsi neraca ohaus, mikrometer, avometer,
jangkasorong, dan gelas ukur dan bagaimana cara menggunakannya?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui bagian
–bagian pada neraca ohaus, mikrometer,
avometer, jangkasorong, dan gelas ukur.
Mengetahui fungsi pada neraca
ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur.
Mengetahui bagaimana
cara menggunakan neraca ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas
ukur.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Jangka
Sorong
1.
Pengertian
Jangka
sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian
skala, yaitu skala tetap (tidak dapat digeser)
dan skala nonius (dapat digeser). Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran
terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya
tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk
yang diatas 30cm.
Pada
nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 bagian skala utama, 50 bagian skala
nonius, atau 50 bagian skala nonius 49 mm, sehingga jarak antara 2 skala nonius
terdekat adalah 49/50 mm = 0,98 mm. nst nonius jangka sorong dapat dicari
dengan rumus :
Nst
nonius = selisih jarak antara dua nst skala utama dengan jarak antara dua
skala nonius.
Hasil
pengukuran jangka sorong ( H ) adalah berdasarkan hasil bacaan skala utama +
hasil baca skala nonius dengan patokan angka nol ( 0 ) skala nonius (skala
geser).
2. Bagian-bagian
Jangka Sorong
1). Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi
luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2).
Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur
dll)
3).
Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.
4).
Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5).
Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6).
Patokan pembacaan skala utama (cm)
7).
Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8).
Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
3.
Jenis-jenis
Jangka Sorong
1). Jangka sorong nonius ( Vernier Caliper )
Ada dua jenis utama dari jangka
sorong nonius. Jenis pertama hanya digunakan untuk mengukur dimensi luar dan
dimensi dalam sedangkan jenis kedua selalu untuk mengukur dimensi luar dan
dimensi dalam, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian.
Pada
jenis pertama, untuk pengukuran dimensi dalam maka harga yang dibaca pada skala
linier harus ditambah dengan tebal dari ujumg kedua rahang ukur. Biasanya
rahang ingsut/jangka sorong ini mempunyai kapasitas ukur sampai 150 mm,
sedangkan untuk jenis yang besar dapat sampai 1000mm. kecermatan pembacaac
tergantung dari skala noniusnya dalam hal ini adalah 0,10 ; 0,50 atau 0,2 mm.
2. Jangka sorong Jam (Dial Caliper)
Mistar
ingsut / jangka sorong jam yang memakai jam ukur sebagai ganti dari skala
nonius. Gerak lurus dari sensor diubah menjadi gerak berputar dari jam penunjuk
dengan perantaraan roda gigi. Pada poros jam ukur dan batang bergigi yang
melekat di tengah-tengah sepanjang batang ukur.
3. Jangka sorong Ketinggian (Hight Gauge)
Suatu
jenis jangka sorong yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian disebut jangka
sorong ketinggian. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang bergerak
vertical pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya. Skala utama
pada batang ukur ada yang dapat diatur ketinggiannya, dengan menggunakan
penyetel yang terletak dipuncaknya. Dengan demikian pembacaan ukuran dapat
diatur mulai dengan bilangan bulat.
Sebelum
melakukan pengukuran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan kondisi
alat pengukuran, apakah masih layak pakai atau tidak. Sebab pemakaian alat
pengukuran yang sudah terrlalu lama bisa mempengaruhi tingkat ketelitian alat
tersebut terhadap hasill pengukuran. Metode pengujian ini dinamakan dengan
metode kalibrasi. Kesalahan-kesalahan dari alat ukur biasanya terjadi pada
penunjukan skala, penunjukan awal posisi nol pada skala dan sebagainya. Pada
jangka sorong kesalahan yang terjadi biasanya pada saat awal sebelum
pengukuran, yaitu ketika rahang geser dan rahang tetap di tutup rapat. Posisi
angka nol pada skala nonius tidak tetap berada di posisi angka nol pada skala
utama, kadang bisa lebih atau kurang. Kelebihan atau kekurangan penunjukkan
skala tersebut biasa dinamakan dengankesalahan nol (zero error).
Jika
posisi nol pada skala nonius berada di sebelah kanan posisis nol pada skala
utama atau dinamakan juga kesalahan nol positif, maka hal ini berarti bahwa
hasil pengukuran lebih dari nilai sebenarnya, sehingga untuk mendapatkan nilai
yang sebanarnya digunakan formula sebagai berikut :
Nilai sebenarnya = hasil pengukuran
– kesalahan nol
Jika
posisi nol pada skala nonius berada di sebelah kiri posisi nol pada skala utama
atau dinamakan juga kesalahan nol negatif, maka hal ini berarti bahwa hasil
pengukuran kurang dari nilai sebenarnya sehingga untuk mendapatkan nilai
sebenarnya sehingga untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya digunakan formasi
sebagai berikut:
Nilai
sebenarnya = hasil pengukuran + kesalahan nol
4.
Kegunaan
Jangka Sorong
Kegunaan jangka sorong adalah:
1).
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2).
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur
untuk
mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan
/ menusukkan bagian pengukur.
5.
Penggunaan
Jangka Sorong
Adapun
penggunaan jangka sorong, adalah sebagai berikut :
1). Mengukur Diameter Luar Benda
Cara
mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:
Putarlah
pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong,
geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
2). Mengukur Diameter Dalam Benda
Cara
mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :
Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang
atas ke dalam benda ,
geser
agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
3). Mengukur Kedalaman Benda
Cara
mengukur kedalaman benda :
Putarlah
pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar
tabung, putar pengunci ke kanan.
B.
Neraca
O’haus
1. Pengertian
Neraca
Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja
neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing
posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang.
Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
2. Skala
Dalam Neraca Ohaus
Banyaknya skala dalam neraca bergantung
pada neraca lengan yang digunakan. Setiap neraca mempunyai skala yang
berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang digunakannya.
Ketelitian
neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya
ketika hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran.
Berdasarkan referensi bahwa
ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat. Secara matematis dapat
ditulis:Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca dengan tiga
lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram, sehingga
diperoleh ketidakpaastian ½ × 0 = 0,05.
3. Jenis
Neraca Ohaus
Neraca
Ohaus terbagi menjadi dua macam, di antaranya:
1).
Neraca Ohaus dua lengan
Nilai skala ratusan dan puluhan di
geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Gambar (1.10) merupakan neraca
Ohaus dua lengan. Neraca ini memiliki dua lengan. Lengan depan terdapat satu
anting logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, …, 100g. Sedangkan lengan
belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200, …, 500 g. Selain dua lengan,
neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0 sampai 9 g
sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.
Neraca Ohaus dua lengan terdiri dari
beberapa komponen, di antaranya:
1.
Lengan depan
2.
Lengan belakang
3.
System magnetic
4.
Penggeser anak timbangan
5.
Venier
6.
Kait
7.
Skala
8.
Lekuk
9.
Wadah
10.
Alas
2). Neraca Ohaus tiga lengan
Adalah nilai skalanya dari yang besar
sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Neraca
ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:
Lengan depan memiliki anting logam yang
dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4,….., 10gr. Di mana masing-masing
terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala terkecil 0,1 gram
Lengan
tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala
dari 0,100, 200, ………, 500gr.
Lengan
belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0,
10, 20, …, 100 gr.
4. Cara
Pengukuran Massa Benda Dengan Neraca Ohaus
Dalam mengukur massa benda dengan neraca
Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama. Ada beberapa langkah di dalam melakukan
pengukuran dengan menggunakan neraca ohaus, antara lain:
Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang
akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada
disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca
sejajar
Meletakkan
benda yang akan diukur massanya
Menggeser
skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika
panahnya sudah berada di titik setimbang 0 dan
Jika
dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil pengukurannya.
5. Bagian-bagian
Neraca Ohaus
Tempat beban yang digunakan untuk
menempatkan benda yang akan diukur.
Tombol
kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak dapat
digunakan untuk mengukur.
Lengan
neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca
ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
Pemberat
(anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan
sebagai penunjuk hasil pengukuran.
Titik
0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
3).
Kalibrasi
Kalibrasi merupakan proses verifikasi
bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa
dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar
nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Sistem
manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi
diperlukan untuk:
•
Perangkat baru
•
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
•
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
•
Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
•
Ketika hasil observasi dipertanyakan
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan
proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat
pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi
tertentu.
Adapun teknik pengkalibrasian pada
neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss
sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis
kesetimbanagn , namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak
tepat pada angka nol di masing-masing lengan.
6. Pembacaan
dan penulisan hasil pengukuran dari neraca Ohaus
Untuk membaca hasil pengukuran
menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
- Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh
anting (pemberat) pada masing-masing lengan neraca. Hasil pengukuran dinyatakan
dengan persamaan :
- Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan
dari masing-masing Lengan Misalnya pada neraca Ohauss III lengan berarti
hasilnya= LenganI + Lengan II +Lengan III.
Seperti halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan
neraca dapat anda laporkan sebagai : Massa M = xo ± ketidakpastian
C.
Avometer
1.
Pengertian
Avometer berasal dari
kata ”AVO” dan ”meter”. ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. ‘V’
artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya ohm, untuk
mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO
Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum,
pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik
tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
AVO meter sangat penting
fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat membantu
menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO
meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
2.
Jenis-jenis
Avometer
Berdasarkan prinsip
kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog (menggunakan jarum
putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display digital). Kedua
jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan
dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC
dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.
Pada AVO meter digital, hasil pengukuran
dapat terbaca langsung berupa angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog
tampilannya menggunakan pergerakan jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga
untuk memperoleh hasil
ukur, harus dibaca berdasarkan range
atau divisi. AVO meter analog lebih umum
digunakan karena harganya lebih murah
dari pada jenis AVO meter digital.
1). AVO
Meter Analog
AVO Meter analog menggunakan jarum
sebagai penunjuk skala. Untuk memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca
berdasarkan range atau divisi. Keakuratan hasil pengukuran dari AVO Meter
analog ini dibatasi oleh lebar dari skala pointer, getaran dari pointer,
keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol, jumlah rentang skala. Dalam
pengukuran menggunakan AVO Meter Analog, kesalahan pengukuran dapat terjadi
akibat kesalahan dalam pengamatan (paralax).
Keterangan :
1. Meter Korektor, berguna untuk
menyetel jarum AVO meter ke arah nol,
saat AVO meter akan dipergunakan dengan
cara memutar sekrupnya ke
kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng
pipih kecil.
2. Range Selector Switch adalah saklar
yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan
yang berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Saklar
putar (range selector switch) ini merupakan kunci utama bila kita menggunakan
AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter
berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter
berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V;
50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter
berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V;
50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti
AVO meter berfungsi sebagai miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas
ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk
tipe AVO meter yang satu
dengan yang lain batas ukurannya belum
tentu sama
D.
Mikrometer
Skrup
1.
Pengertian
Micrometer sekrup
adalah alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm. Untuk
mengukur benda-benda yang berukuran pendek atau kecil seperti kawat, kertas,
alumunium digunakan micrometer sekrup. Mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian yang tinggi yaitu 0,01 mm. Micrometer sekrup mempunyai dua skala,
yaitu skala utama dan skala nonius. Skala nonius ditunjukkan oleh selubung yang
menyerupai mur. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala
pada selubung mempunyai nilai 1/50 X 0,5 mm = 0,001 mm. skala utama micrometer
terdapat pada batangnya. Satu bagian pada skala utama nilainya 0,1 mm.
Bagian utama
micrometer adalah sebuah poros berulir yang terpasang pada sebuah silinder
pemutar yang disebut bidal (selubung luar). Jika selubung luar diputar 1 kali
maka rahang geser dan juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm. Karena
selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan
jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Mikrometer
memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong.
Ketelitiannya sampai 0,01 mm.
Hasil pengukuran
dengan micrometer sekrup (H) adalah (jumlah skala utama sampai atas skala nonius x 0,5 mm) +
(jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis
horizontal pada skalam tetap x 0,01 mm).
Mikrometer sekrup
memiliki ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai skala terkecil
(skala nonius). Skala terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm. dengan
demikian ketidakpastian micrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan
rumus: ∆X = 1/2 x nst ( nilai skala terkecil)
∆X = 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm.
2.
Jenis-jenis
Mikrometer
Mikrometer memiliki 3 jenis umum
pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut
1).
Mikrometer Luar
Alat ukur yang dapat mengukur dimensi
luar dengan cara membaca jarak antara dua muka ukur sejajar yang berhadapan,
yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada satu sisi rangka berbentuk U,
dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat
bergerak tegak lurus terhadap muka ukur, dan dilengkapi dengan sleeve dan
thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle.
Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan,
blok-blok dan batang-batang.
2).
Mikrometer dalam
Alat ukur yang dapat mengukur dimensi
dalam dengan cara membaca jarak antara dua muka ukur sferis yang saling
membelakangi, yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada batang utama dan
sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak
searah dengan sumbunya, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai
graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle..Mikrometer sekrup dalam
digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.
3).
Mikrometer kedalaman
Mikrometer kedalaman digunakan untuk
mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.
Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ;
1).
Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar)
ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup.
2).
Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus
dengan garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm.
3.
Cara
Membaca Mikrometer Skrup
Untuk menggunakan mikrometersekrupcdapat
dilakukan dengan langkah berikut :
a). Putar bidal (pemutar) berlawanan
arah dengan arah jarum jam sehingga
ruang antara kedua rahang cukup untuk
ditempati benda yang akan diukur.
b). Letakkan benda di antara kedua
rahang.
c). Putar bidal (pemutar) searah jam
sehingga saat poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan
menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda
berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika
sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti.
d). Putar sekrup penggeser hingga
terdengar bunyi klik satu kali.
e). Baca hasil pengukuran pada skala
utama dan skala nonius dengan rumus :
H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala
nonius x 0,01 mm)
Beberapa hal yang diperlukan
sewaktu menggunakan mikrometer sekrup:
1).
Permukaan benda ukur, mulut ukur dari mikrometer sekrup harus
dibersihkan dahulu adanya kotoran, terutama bekas proses pengukuran dapat
menyebabkan kesalahan ukur maupun merusak permukaan mulut ukur.
2).
Sebelum dipakai kedudukan nol mikrometer sekrup harus diperiksa.
Kedudukan nol disetel dengan cara merapatkan mulut ukur dengan ketelitian silindet
tetap diputar dengan memakai kunci penyetel sampai garis referensi dari skala
tetap bertemu dengan garis nol dari skala putar.
3).
Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur. Apabila
dimensi tersebut cukup satu bar maka poros ukur dapat digerakkan dengan cepat
dengan cara menyelindingkan silinder putat pada telapak tangan. Jangan
sekali-kali memutar rangkanya dengan memegang silinder putar seolah-olah
memegang mainan kanak-kanak.
4).
Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer sekrup di telapak
tangan kanan, dan ditahan oleh kelingking, jari manis, serta jari tengah.
Telunjuk dan ibu jari dugunakan untuk memutar silinder pusat.
Pada waktu mengukur, maka penekanan
poros ukur benda ukur tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan
ukur karena adanya deformasi (perubahan bentuk) dari benda ukur maupun alat
ukurnya sendiri. Kecermatan pengukuran tergantung atas penggunaan tekanan
pengukuran yang cukup dan selalu tetap. Hal ini dapat dicapai dengan cara memutar
silinder putar melalui gigi gelincir atau tabung gelincir atau sewaktu poros
ukur hampir mencapai permukaan benda ukur.
Hasil pengukuran pada skala utama dan
skala nonius dapat ditentukan dengan rumus :
H = (skala utama x 0,5
mm) + (skala nonius x 0,01 mm)
Misalkan :
Terdapat sebuah objek yang diukur, angka
pada skala utama menunjukkan 8, sedangkan sedangkan skala noniusnya berimpit
pada angka 30. maka hasil pengukuranya adalah:
(8 x 0,5 mm) +( 30 x nst (0.01) mm) =
4,30 mm
4.
Fungsi
Mikrometer Skrup
Mikrometer
sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal
kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk
mengukur diameter kawat yang kecil.
Mikrometer
memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong.
Ketelitiannya sampai 0,01 mm.
E.
Gelas
Ukur
Gelas ukur, fungsi dan cara penggunaannya
Fungsi dan penggunaan dari gelas ukur (gelas kimia) di
laboratorium adalah sebagai alat ukur volume cairan yang tidak memerlukan
ketelitian yang tinggi. Gelas transparan ini tentu tidak asing bagi para siswa
sekolah yang telah melakukan uji laboratorium. Terdapat berbagai ukuran gelas
ukur ini, mulai dari 5 mL sampai 2 Liter, bahkan sekarang ada juga yang lebih
besar.
Sebuah gelas ukur, pengukur silinder atau yang bisa juga disebut silinder pencampur adalah bagian dari peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur volume cairan. Gelas ukur umumnya lebih akurat dan tepat dari termos laboratorium dan gelas. Namun, mereka kurang akurat dan tepat dari gelas volumetrik, seperti labu ukur (volumetric flask) atau pipet volumetrik. Untuk alasan ini, gelas ukur tidak boleh digunakan untuk melakukan analisis volumetrik. Gelas ukur ini kadang-kadang digunakan secara tidak langsung untuk mengukur volume solid dengan mengukur perpindahan atau kenaikan cairan.
Umumnya, gelas ukur terbuat dari polypropylene karena ketahanan kimia yang baik atau polymethylpentene untuk transparansi, hal itu membuat gelas menjadi lebih ringan namun lebih rapuh dari kaca. Polypropylene kelas khas komersial mencair lebih dari 160 ° C (320 ° F), kerusakan pada gelas ukur dapat mempengaruhi akurasi pengukuran.
Sebuah gelas ukur tradisional (A dalam gambar) biasanya sempit dan tinggi (sehingga dapat meningkatkan akurasi dan presisi pengukuran volume) dan memiliki dasar plastik atau kaca dan "corot" untuk memudahkan aliran cairan mengalir dari gelas ukur. Versi tambahan lebar dan rendah. Jenis lain dari silinder (B dalam gambar) memiliki sendi kaca tanah bukannya "corot", sehingga mereka dapat ditutup dengan stopper atau terhubung langsung dengan unsur-unsur lain dari bermacam-macam, mereka juga dikenal sebagai silinder pencampuran. Dengan jenis silinder, cairan meteran tidak dituangkan secara langsung, tetapi sering dihapus menggunakan kanul. Sebuah gelas ukur dimaksudkan untuk dibaca dengan permukaan cairan di tingkat mata, di mana pusat meniskus menunjukkan jalur pengukuran.
Fungsi gelas ukur
tersebut juga bisa digunakan ibu di dapur untuk mengukur komposisi sebuah
adonan agar tepat dengan citarasa.
Cara penggunaan gelas
ukur kimia di laboratorium yaitu hanya tinggal membaca skala yang tertera
secara sederhana.
Gambar gelas ukur
dapur, biasa digunakan untuk menakar ingredients yang dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah FISIKA ini. Semoga makalah tentang Alat Ukur ini
dapat memberikan manfaat, motifasi, dalam proses pembelajarn mata pelajaran
fisika. Seorang Pelajar adalah dia yang ingin tahu, dan ingin maju, untuk
dirinya dan masa depan bangsa ini. Salam Semangat !!!
0 komentar:
Posting Komentar